Jakarta, Pelanginews
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mencanangkan “Gerakan Nasional Penyelamatan Tumbuhan dan Satwa Liar”, di Pulau Karya, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Kamis (14/4) pagi.
Dalam sambutannya Presiden Jokowi mengatakan, Indonesia di mata dunia dikenal sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, sebagai negara yang mega biodiversity, juga dikenal sebagai negara paru-paru dunia. Karena itu, kata Presiden, harapan dunia dan masa depan alam tergantung pada kelestarian alam Indonesia.
Menurut Presiden Jokowi, menjaga kelestarian alam bukanlah sebatas tanam-menanam pohon. Namun menjaga kelestarian alam harus dipandang keseluruhan ekosistemnya, perlu diperhatikan seluruh tumbuhan dan satwa liar yang terikat dalam lingkaran kehidupan itu.
“Gerakan penyelamatan tumbuhan dan satwa liar adalah jawaban Indonesia atas permintaan dunia kepada kita untuk menjaga paru-paru dunia,” kata Presiden Jokowi.
Ia menyebutkan, saat ini tercatat 93 jenis burung yang merupakan bagian dari 236 jenis satwa yang dilindungi di Indonesia, dan pencanangan Gerakan Nasional Penyelamatan Tumbuhan dan Satwa Liar adalah jawaban Indonesia atas permintaan dunia kepada kita untuk menjaga paru-paru dunia.
Moratorium
Pencanangan Gerakan Nasional Penyelamatan Tumbuhan dan Satwa Liar itu ditandangani dengan pelepasan 200 ekor tukik penyu sisik, 4 ekor penyu dewasa, 4 ekor elang bondol, 400 ekor burung tekukur, cerucuk, dan kutilang.
“Semua burung yang akan dilepaskan telah melalui prosedur pelestarian termasuk cek kesehatan oleh dokter hewan,” ungkap Presiden Jokowi.
Pada pencanangan Gerakan Nasional Penyelamatan Tumbuhan dan Satwa Liar itu juga dilakukan penanaman atau transplantasi karang dan lamun sebanyak 1.000 spesimen oleh masyarakat, dan restorasi hutan bakau danmangrove sebanyak 5.000 bibit mangrove.
Soal penanaman kembali itu, Presiden mengingatkan kalau 5.000, dihitung juga nanti 5.000 bener, nggak usah 1 juta bibit mangrove. “Siapa yang mau ngitung 1 juta. Sudahlah 5.000 di sini, 5.000 mungkin di Jawa Tengah, atau 2.000 di Papua tapi nanem betul, dirawat betul, dan hidup bener. Ngga usah bombastis 1 juta, 1 miliar,” tutur Presiden Jokowi.
Presiden menegaskan, kunci keberhasilan gerakan nasional ada di komitmen, ada di kerja keras kita, dan ada di keberlanjutan dari gerakan itu. “Percuma kita luncurkan, kita canangkan, tapi seperti kembang api, meriah sebentar lalu diam dan padam. Jangan seperti itu,” tuturnya.
Presiden juga mengingatkan ke semua kementerian/lembaga bahwa tidak boleh ada lagi gerakan-gerakan yang seremonial, gerakan-gerakan nasional model kembang api, meriah setelah itu hilang.
“Gerakan nasional itu harus berkelanjutan dan terukur hasilnya. Tidak boleh lagi hanya melaporkan apalagi hanya melaporkan output kegiatan,” tegas Presiden seraya menyebutkan, dirinya tidak mau lagi terima laporan sudah dilaksanakan misalnya 1.000 seminar, atau 200 sosialisasi. “Nggak. Kita sekarang kita harus betul-betul melaksanakan, mengimplementasikan setiap apa yang kita rencanakan,” tegasnya.
Menurut Presiden, yang ingin ia lihat adalah impact-nya, dampaknya dari Gerakan Nasional Penyelamatan Satwa Liar dan Tumbuhan itu, yang menyangkut berapa jenis tumbuhan yang bertambah, berapa satwa liar yang diselamatkan, berapa polusi yang berkurang, konkritnya apa, jelas.
Dalam kesempatan itu, Presiden Jokowi juga menyampaikan, bahwa ia telah membisiki Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya. “Kemarin sudah moratorium lahan gambut, sekarang siapkan lagi moratorium kelapa sawit, siapkan lagi nanti moratorium untuk wilayah pertambangan harus seperti itu, konkrit jelas dan tertulis regulasinya,” kata Presiden.
Tampak hadir menemani Presiden Jokowi dalam kesempatan itu antara lain Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya, Kepala Staf Presiden Teten Masduki, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Syaiful Hidayat. (setkab.go.id/amb)