Surabaya, Pelanginews
Psikolog Universitas Brawijaya (UB) Malang Sukma Kumala menyebut gagasan bakal calon presiden dari PDI Perjuangan Ganjar Pranowo terkait dengan kesehatan mental sudah tepat.
“Pak Ganjar memiliki perhatian tentang kesehatan mental,” kata Sukma Kumala dalam keterangannya di Surabaya, Kamis dilansir Antara.
Menurut Sukma, sejauh ini baru Ganjar yang sudah berkomitmen dan peduli terhadap isu tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa Ganjar sebagai seorang leader perlu untuk bisa memiliki perhatian yang komprehensif dan meluas pada berbagai spektrum persoalan di Indonesia.
“Salah satunya adalah kepekaan beliau terasah atas potret fenomena kurangnya penanganan dan perhatian akan masalah kesehatan mental remaja,” kata Sukma.
Data survei terbaru yang dirilis Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) mengungkap bahwa prevalensi masalah kesehatan mental remaja di Indonesia, antara lain, depresi, kecemasan, stres pasca trauma, masalah perilaku, masalah sulit memusatkan perhatian.
Menariknya, lanjut Sukma, dari hasil survei tersebut diketahui hanya 2,6 persen remaja Indonesia dengan masalah kesehatan mental yang pernah mengakses layanan profesional.
Data survei pada tahun 2022 menyatakan bahwa 15,5 juta (34,9 persen) remaja mengalami masalah mental dan 2,45 juta (5,5persen) remaja mengalami gangguan mental.
Menurut Sukma, hasil survei tersebut juga menyarankan perlunya digalakkan edukasi langsung kepada target, seperti remaja dan keluarganya, untuk mengakses pertolongan profesional untuk menangani kasus kesehatan mental yang dialami.
Dosen Psikologi Sosial Departemen Psikologi FISIP Universitas Brawijaya ini mengutarakan bahwa potret fenomena yang terjadi di tengah masyarakat saat ini adalah kurangnya kesadaran tentang kesehatan mental.
“Biasanya karena adanya stigma atas masalah ini. Jadi, cenderung ditutup-tutupi, diabaikan, atau seolah baik-baik saja,” ucapnya.
Terkait dengan gagasan Ganjar, Sukma menyarankan agar Ganjar nantinya jika terpilih sebagai presiden menyoroti pengadaan fasilitas kesehatan mental yang memadai.
Misalnya, didasarkan pada pemetaan masalah dan analisis kebutuhan, bagaimana kelayakan dan kesiapan dari tiap daerah yang akan difasilitasi, dilanjutkan dengan penyuluhan atau sosialisasi kepada tenaga profesional yang akan menangani permasalahan ini.
“Ke depannya diharapkan para remaja ini bisa menjadi agen perubahan. Mereka bisa membawa atau mengajak teman sebayanya ke arah yang lebih baik, bisa menjadi kontrol bagi dirinya sendiri maupun ke lingkungan sekitarnya,” ujarnya.
Terkait dengan rencana pembangunan pos-pos layanan konseling yang masif di berbagai tempat, Sukma memandang perlu mengoordinasikan dengan berbagai elemen seperti pemerintah pusat dan daerah, lembaga pendidikan, organisasi pendidikan praktisi kesehatan mental, organisasi nonpemerintahan, faskes, lembaga pembiayaan kesehatan, komite etik, dan masyarakat.
“Harapannya pos-pos layanan konseling yang dibentuk tidak hanya berlaku dalam satu rentang waktu saja, tetapi bisa berjalan berkelanjutan dengan baik dan efektif, terutama bagaimana layanan ini bisa lebih terjangkau untuk seluruh elemen masyarakat yang membutuhkan bantuan profesional,” lanjutnya.
Sebelumnya, saat memberikan kuliah umum terhadap ribuan mahasiswa baru Unpas Bandung, Selasa (3/10), Ganjar Pranowo mengangkat isu kesehatan mental yang kini banyak dialami anak muda.
Ganjar memandang perlu negara hadir untuk mengatasi isu kesehatan mental di kalangan anak muda. Misalnya, dengan memperbanyak layanan fasilitas kesehatan khusus untuk menangani kesehatan mental.
“Menghadapi bonus demografi, hal yang tidak boleh dilupakan adalah persoalan kesehatan mental. Ini persoalan yang sangat penting diselesaikan, tetapi masih banyak yang belum peduli soal ini,” kata Ganjar. (lm)